Kamis, 12 Januari 2017

MEMBUMIKAN MANFAAT SILATURRAHIM



MEMBUMIKAN MANFAAT SILATURRAHIM

Muh Alwi HS
14530083
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pendahuluan
Tulisan ini memaparkan tentang manfaat bersilaturrahim yang akan diterangkan secara rasional. Munculnya ketimpangan sosial yang masih terjadi sampai sekarang, salah satunya disebabkan karena kekurang pahaman terhadap manfaat hubungan silaturrahim. Anggapan yang sering muncul bahwa manfaat bersilaturrahim hanya dapat dicapai dengan keyakinan semata, sehingga manfaatnya belum terealisasi secara nyata.
sehingga perlu dijabarkan eksistensi silaturrahim agar bisa dipahami secara rasional dan membumi. Karena itu, akan ditinjau berbagai aspek-aspek mengenai makna silaturrahim itu sendiri, serta membicarakannya kepada kehidupan sosial.

A.    Tinjauan Umum
Shilah dengan mengkasrahkan huruf shad, berasal dari washalahu, seperti kata wa’adahu ‘udatan. Ini merupakan kata yang mengungkapkan perbuatan baik dan lemah lembut terhadap kerapat yang ada hubungan darah, mertua dan memberika perhatian kepada mereka. Walaupun kerabat jauh dan telah berbuat buruk kepada dirinya[1].
Sedangkan rahim pada asalnya bermakna tempat anak dalam perut ibunya. Kemudian rahim itu diberikan kepada mereka yang benar dari suatu rahim[2]. Lebih jauh, dikatakan bahwa rahim adalah hubungan kekerabatan manusia dari ayah dan ibunya. Dan kerabat adalah keterkaitan dua manusia secara bersama-sama melalui kelahiran.[3] Pemaknaan tersebut dipahami rahim dalam konteks silaturrahim “keluarga”. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata silaturraim diartikan sebagai tali persahabatan[4]. Silaturrahim menuntut adanya komunikasi, jalinan hubungan, bahkan network. Ia mengisyratkan keharmonisan hubungan bahkan kekuatannya, di samping pencairan yang beku dan penghangatan yang dingin[5].
Orang tua merupakan orang yang paling dekat dari segi keturunan, yang paling terasa kasih sayangnya, paling berhak untuk diperlakukan dengan baik dan dijaga hubungannya. Setelah kedua orang tua, yang paling berhak mendapat perlakuan baik adalah anak-anak, kemudian yang paling dekat dari satu rahim dan seterusnya[6]. Dalam bersilaturrahim pada dasarnya ditujukan untuk berbuat ihsan kepada kerabat dan mengadakan hubungan yang baik, serta menyelesaikan segala haja mereka dan menolak segala kejahatan yang menimpa mereka menurut kadar yang sanggup dipikul, sesuai kemampuan[7].
Adapun manfaat bersilaturrahim yang jika dipahami dalam pengertian sempit, yakni menjaling hubungan harmonisasi antar keluarga, maka ini saja telah membawa dampak yang sangat besar bagi seluruh masyarakat. Masyarakat terdiri dari kumpulan keluarga kecil. Keluarga kecil berkaitan dengan keluarga besar, demikian seterusnya. Tentu saja pengertian yang seluas mungkin dari silaturrahim -sebagaimana diartikan sebagai persahabatan- akan membawa dampak yang lebih positif lagi karena ia menuntut terjalinnya kasih sayang antara semua makhluk Tuhan[8].
Mengenai manfaat silaturrahim, terdapat hadits yang sangat popular yang secara khusus menjadi motivasi dalam bersilaturrahim, yakni "Barangsiapa ingin dibentangkan pintu rizki untuknya dan dipanjangkan ajalnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi.”(HR. Bukhari). Selanjutnya, penjelasan hadits ini akan dibahas pada bahasan selanjutnya.

B.     Analisis Pemahaman Hadits Tentang Keutamaan Silaturrahim
حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْنٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ[9]
Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Al Mundzir telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ma'an dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Sa'id bin Abu Sa'id dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa ingin dibentangkan pintu rizki untuknya dan dipanjangkan ajalnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi."
           
Hadits yang semakna ini, juga diriwayatkan oleh[10] Bukhari nomor hadits 5527, Muslim nomor hadits 4638, dan 4639, Abu Dawud nomor hadits 1443, Ahmad nomor hadits 1150, 12128, 13309. Dengan demikian, hadits diatas cukup meyakinkan bahwa amalan silaturrahim dapat memperluas (mempermudah) rezki dan memanjangkan umur seseorang.
Sepintas lalu, hadits yang diangkat oleh penulis seakan bertentangan dengan hadits nabi yang lain, yakni –misalnya- hadits yang mengatakan bahwa rezki dan ajal seseorang telah ditetapkan sejak dia masih dalam kandungan. Lihat hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, dari Abdullah berkata, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan (penciptaannya) di dalam perut ibunya selama empat pulu hari, kemudian menjadi segumpal darah perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, lalu menjadi segumpal daging selama itu pula lantas Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan (untuk mencatatkan) empat hal, yaitu: rezekinya, ajalnya, dan sengsara atau bahagianya, kemudian ditiupkanlah ruh kepadanya…”[11].
Selain itu, ada pula ayat al-Qur’an yang jelas menetapkan ajal manusia sebagai ketetapan yang tak bisa di ubah sedikit pun. “Apabila telah tiba ajal seseorang maka tidak bisa ditunda dan tidak bisa pula dimajukan” (QS. Al-Hijr: 5)[12].
Dalam kitab Fathul Bari’ Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari (terj), dikatakan bahwa yang dimaksud keluasan dalam rezki adalah diberinya keberkahan. Sedangkan keluasaan pada umur adalah diberinya kekuatan fisik. Karena mempererat hubungan kekeluargaan adalah sedekah, sedangkan sedekah dapat mengembangkan harta dan menambahnya, maka ia pun tumbuh dan suci karenanya[13]. Adapun mengenai ketentuan (takdir) rezeki dan ajal seseorang tergantung dari usaha (amal), banyak ataupun sedikitnya rezki seseorang berdasarkan usaha (amal) yang dilakukannya. Demikian juga tentang ajal (umur), keberkahan umurnya berdasarkan usaha kebaikannya, dengan kata lain yang dimaksud panjang umurnya disini yakni berberkahnya umur karena amal shalehnya[14].
Keberkahan pada umur yakni dengan ia diberi taufik untuk melaksanakan amal ketaatan dan dapat mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna untuk akhiratnya sehingga dirinya terjaga dari perkara yang tidak bermanfaat. Walaupun ia meninggal, namun kebaikannya tetap dikenang orang, seolah-olah ia belum meninggal. Contoh taufiq yang telah diberikan kepadanya seperti ilmu bermanfaat yang pernah ia berikan generasi setelahnya, berupa tulisan atau yang lainnya, sedekah jariyah atau ia meninggalkan anak-anak yang shaleh.[15]
Sementara itu, Quraish Shihab menjelaskan tentang keberkahan umur dan rezki, bahwa perpanjangan usia itu dapat dipahami bukan saja dalam arti kelanjutan nama baik setelah kematian, atau keberkatan hari-hari keberadaan di pentas bumi ini melalui keberhasilan memanfaatkan waktu sebaik mungkin tetapi juga menambahan bilangan hari-hari keberadaan di bumi ini. demikian juga perolehan tambahan rezeki bukan sekedar keberkahannya tetapi juga perolehan dan penambahannya secara material.
Silaturrahmi yang menghasilkan hubungan yang harmonis itu mencega timbulnya stress –yang merupakan salah satu penyebab kematian- ia melahirkan ketenangan, dan ketenangan merupakan syarat pencerahan pikiran untuk lebih berkonsentrasi dalam pekerjaan dan ini dapat melipat gandakan hasil produksi. Di sisi lain dengan terjadinya hubungan harmonis, maka akan semakin banyak peluang kerja sama dalam berbagai bidang dan ini pada gilirannya mengundang rezki material dan spiritual. Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat[16]. Melihat di era modern-kontemporer, kini telah banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjaling hubungan silaturrahim, misalnya media sosial (Facebook, BBM, Line, dan sebagainya). Dengan demikian, semakin luas jalinan silaturrahim maka semakin banyak pula peluang yang mendapatkan rezki.
Karena itu, ketika al-Qur’an menegaskan tujuan penciptaan manusia yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku ditegaskan bahwa agar kamu saling kenal-mengenal (QS. Al-Hujurat [49] : 13). Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.
Lebih jauh, dilihat dari pengenalan terhadap alam raya maka akan ditemui bahwa semakin banyak pengenalan terhadapnya, semakin banyak pula rahasia-rahasianya yang terungkap dan ini pada gilirannya melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menciptakan kesejahteraan lahir dan bathin, dunia dan akhirat.[17]
Dihubungkan dengan  pemikiran Ibn Khaldun mengenai fungsi dan peran agama, bahwa ia (baca agama) yang mengajarkan untuk percaya dan meyakini kepada yang ghaib, percaya kepada Tuhan dan meyakini adanya sesuatu yang melampaui indrawi manusia. Sehingga manusia yang memiliki keyakinan terhadap agamanya, akan meletakkan agama sebagaia suatu realitas yang mekonstruksi tindakan-tindakan sadar manusia.[18] Dengan demikian, -hemat penulis- dari penjelasan di atas telah dapat ditangkap kesimpulan bahwa manfaat silaturrahim sebagai bagian dari ajaran agama serta sebagai naluri kemanusiaan (makhluk sosial) tentu akan memegaruhi berbagai sisi kehidupannya, seperti rezki dan panjang umur (ajal).



DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, 2010, Fathul Bari’ Syarah Shahi Bukhari, (Jilid 12), (Terj), (Jakarta: Pustaka Azzam).
Al-Fauzan, Abdul Aziz, 2007, Fikih Sosial: Tuntunan dan Etika Hidup Bermasyarakat, (Terj), (Jakarta: Qisthi Press).
Ash-Shan’ani, Muhammad Bin Ismail Al-Amir, 2014, Subulus Salam – Syarah Bulughul Maram, Jilid 3, (Terj), (Jakarta: Darus Sunnah Press).
Ash-Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi, 1998,  Al-Islam: Amalan Anggita lahir Kewajiban Terhadap Keluarga, Masyarakat dan Negara, (Semarang: Pustaka Rizki Putra).
Jurdi, Syarifuddin, 2008, Sosiologi Islam: Elaborasi pemikiran Sosial Ibnu Khaldun, (Yogyakarta: Bidang Akademik).
Poerwadarminta, W.J.S., 1976, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka).
Shihab, M. Quraish, 2006, Menabur Pesan Ilahi, Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati).



[1] Muhammad Bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam – Syarah Bulughul Maram, Jilid 3, (Terj), (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014). hlm. 786.
[2] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Al-Islam: Amalan Anggita lahir Kewajiban Terhadap Keluarga, Masyarakat dan Negara, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1998). hlm. 299.
[3]  Dr. Abdul Aziz al-Fauzan, Fikih Sosial, Tuntunan dan Etika Hidup Bermasyarakat, (Terj), (Jakarta: Qisthi Press, 2007). hlm. 262.
[4] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976). hlm. 946.
[5]  M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006). hlm. 70.
[6]  Dr. Abdul Aziz al-Fauzan, Fikih Sosial..., hlm. 264.
[7]  Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Al-Islam… hlm. 298.
[8] M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi… hlm. 72-73.
[9] HR. Bukhari, Kitab Adab, Bab Siapa Yang Diluarkan Rejekinya Karena Silaturahim, nomor 5526.
[10]  Hadits-Hadits Ini Dirujuk Dari CD Lidwa Mausu’a –Kitab Sembilan Imam Hadits.
[11] HR. Bukhari. Nomor 6105.
[12]  Ayat yang semakna ini juga dapat ditemukan di QS. Al-A’raf: 34, QS. Yunus: 49, QS. An-Nahl: 61, QS. Al-Mu’minun: 43, QS. Al-Munafiqun: 11.
[13] Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Aqalani, Fathul Bari’ Syarah Shahi Bukhari, (Jilid 12), (Terj), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010). hlm. 49.
[14]  Lihat penjelasan tentang takdir, dalam kitab Fathul Bari’ Syarah Shahih Al-Bukhari , jilid 32. hlm. 34-35.
[15]  Muhammad Bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam… hlm. 794.
[16]  M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi… hlm. 74.
[17] M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi… hlm. 74-75.
[18] Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam: Elaborasi pemikiran Sosial Ibnu Khaldun, (Yogyakarta: Bidang Akademik, 2008). hlm. 190.

Related Posts

MEMBUMIKAN MANFAAT SILATURRAHIM
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.