REKAMAN
DAN PENYUSUNAN AL-QUR’AN
Muh Alwi HS
(14530083)
UIN Sunan Kalijaga
Contoh Manuskrip al-Qur'an:
ini merupakan gamabaran pertama penyusunan mushhaf al-Qur'an
Pendahuluan
Tulisan ini merupakan
ringkasan yang sepenuhnya fokus merujuk kepada buku terjemahan “The History of The Qur’anic Text: from
Revelation to Compilation A Comparative Study with the Old and New Testaments”
oleh Prof. Dr. M.M. Al-A’zami. Meski demikian, penulis menganjurkan untuk tetap
menambah wawasan, dengan membaca buku-buku lainnya, tentunya yang berkaitan
dengan tema, misalnya karya Taufiq Adnan Amal dengan judul bukunya “Rekonstruksi
Sejarah al-Qur’an”, “Tarikhul Qur’an” karya Dr. Abdus Shabur Syahir, “Tarikhul
Qur’an Karim” karya Dr. Muhammad Salim Muhaisin, dan bacaan lainnya.
Selama
Periode Mekah
Jika kita melihat dari
segi penyampaian al-Qur’an (dari Jibril ke Muhammad), sekalipun itu dilakukan
melalui lisan, al-Qur’an menyebut dirinya sebagai kitab tertulis. Hal ini
menunjukkan bahwa al-Qur’an sebagai kitab tercatat dalam tulisan, yang proses
penulisannya telah dilakukan sejak awal perkembangan Islam. Adapun
sahabat-sahabat yang pernah menulis (terlibat) al-Qur’an –misalnya- ‘Abdullah
bin Sa’d, Khalid bin Sa’id.
Selama
Periode Madinah
a.
Penulis Wahyu Nabi Muhammad
Untuk periode Madinah,
ditemukan banyak sahabat-sahabat yang ikut andil dalam penulisan al-Qur’an,
misalnya Abban bin Sa’id, Abu Umamah, Abdullah bin Said, ‘Amir bin Fuhairah,
Az-Zubari bin al-‘Awwan, dan lain sebagainya.[1]
b.
Nabi Muhammad Mendiktekan al-Qur’an
Nabi
Muhammad ketika diberi wahyu, beliau senantiasa memanggil sahabatnya untuk
menuliskan wahyu tersebut. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit,
ia menulis wahyu yang didiktekan Nabi, setelah itu Zaid membaca ulang wahyu
yang dituliskannya guna memastikan kebenaran wahyu yang ditulisnya.
c. Tradisi
Penulisan al-Qur’an di Kalangan Sahabat
Sebagaimana
telah dijelaskan sebelum bahasan ini, bahwa Nabi senantiasa memerintahkan
sahabatnya untuk menuliskan wahyu yang diterimanya. Hal ini menunjukkan bahwa
al-Qur’an sudah tersedia dalam bentuk tulisan. Selanjutnya, untuk memfokuskan
penulisan wahyu, Nabi senantiasa menegaskan kepada para sahabatnya untuk tidak
menulis selain al-Qur’an. pelarangan ini juga bermaksud agar tidak bercampur
antar al-Qur’an dengan bacaan yang, misalnya hadits.
Susunan
al-Qur’an
a. Susunan
Ayat ke dalam Surah
Seperti
halnya sebuah karya buku, yang paling mengetahui isi kandungannya adalah
pengarang sendiri. Demikianlah gambaran terhadap al-Qur’an. untuk menjaga keorisinalnya, tidak ada yang diberikan
wewenang untuk mengubahnya, termasuk tentang susunan ayat dan surah yang
termuat di dalamnya, karena itu, Allahlah sepenuhnya yang berwenang mengatur
al-Qur’an (lihat QS. al-Qiyamah: 17-19). Meski demikian, Allah menunjuk Nabi
Muhammad sebagai penjelas atas kandungan dan makna dalam al-Qur’an. Melalui
petunjuk Allah, Nabi dapat melakukan penyusunan al-Qur’an yang sesuai kehendak
dan rahasiah Allah.
Dalam
berbagai riwayat, Nabi senantiasa mengarahkan sahabat penulis wahyu mengenai
letak ayat dan setiap surah. ‘Utsman bin Ali mengemukakan bahwa baik wahyu itu
mencakup ayat penjang ataupun pendek, Nabi selalu berkata “Letakkan ayat-ayat
tersebut ke dalam surah itu”, Zaid bin Tsabit menegaskan “Kami akan kumpulkan
al-Qur’an di depan Nabi Muhammad”.[2]
b. Penyusunan
Surah
Dalam
penyusunannya, al-Qur’an memiliki keunikan sendiri sehingga berpeluang terhadap
surah untuk berfungsi sebagai satuan bebas, tidak terdapat kronologi atau
sumber cerita lain yang masuk ke dalam naskah. Lebih jauh, hal ini juga menjadi
argument bahwa tidak mesti mengikuti susunan surah dalam al-Qur’an, baik membacanya
dalam shalat, belajar, pengajaran, maupun hafalan. Nabi Muhammad pun pernah
membaca surah al-Baqarah, an-Nisa, dan
kemudian surah Ali Imaran secara
berurutan dalam satu rakaat (sebagaimana dalam HR Shahih Muslim, no. 203).
c. Susunan
Surah dalam beberapa Mushhaf
Sebagaimana
yang menjadi pengetahuan umum bahwa susunan surah
sekarang identik dengan Mushhaf ‘Utsmani.
Selain itu, terdapat pula beberapa mushhaf
lainnya –sebagaimana mushaf Ibnu Mas’ud, dan lainnya- yang menunjukkan
bahwa dalam mushhaf terdiri dari
banyak surah.
Berikut
adalah contoh susunan surah dalam
beberapa mushhaf: (lihat lampiran)
Kesimpulan
Nabi
Muhammad sebagai orang yang mendapatkan ‘hak istimewah’ dari Allah, melakukan
pendiktean, bahkan sampai menyusun ayat dalam al-Qur’an. Hal ini dilakukan demi
kepentingan dokumentasi tiap ayat.
[1] Lihat lebih banyak nama-nama
penulis al-Qur’an (Wahyu) dalam M.M Al-A’zami, The History of The Qur’anic Text: from Revelation to Compilation A
Comparative Study with the Old and New Testaments, Terj, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005), hlm, 72-73.
[2] Lihat lebih jauh tentang
berbagai penjelasan Nabi atas penempatan sebuah ayat, dan seterusnya. M.M Al-A’zami, The History of The Qur’anic Text: from
Revelation to Compilation A Comparative Study with the Old and New Testaments,
terj, hlm, 75-76.
REKAMAN DAN PENYUSUNAN AL-QUR’AN
4/
5
Oleh
Unknown