Senin, 06 Maret 2017

REKAMAN DAN PENYUSUNAN AL-QUR’AN



REKAMAN DAN PENYUSUNAN AL-QUR’AN
Muh Alwi HS
(14530083)
UIN Sunan Kalijaga

 
Contoh Manuskrip al-Qur'an:
 ini merupakan gamabaran pertama penyusunan mushhaf al-Qur'an


Pendahuluan
Tulisan ini merupakan ringkasan yang sepenuhnya fokus merujuk kepada buku terjemahan “The History of The Qur’anic Text: from Revelation to Compilation A Comparative Study with the Old and New Testaments” oleh Prof. Dr. M.M. Al-A’zami. Meski demikian, penulis menganjurkan untuk tetap menambah wawasan, dengan membaca buku-buku lainnya, tentunya yang berkaitan dengan tema, misalnya karya Taufiq Adnan Amal dengan judul bukunya “Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an”, “Tarikhul Qur’an” karya Dr. Abdus Shabur Syahir, “Tarikhul Qur’an Karim” karya Dr. Muhammad Salim Muhaisin, dan bacaan lainnya.


Selama Periode Mekah
Jika kita melihat dari segi penyampaian al-Qur’an (dari Jibril ke Muhammad), sekalipun itu dilakukan melalui lisan, al-Qur’an menyebut dirinya sebagai kitab tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’an sebagai kitab tercatat dalam tulisan, yang proses penulisannya telah dilakukan sejak awal perkembangan Islam. Adapun sahabat-sahabat yang pernah menulis (terlibat) al-Qur’an –misalnya- ‘Abdullah bin Sa’d, Khalid bin Sa’id.

Selama Periode Madinah
a.       Penulis Wahyu Nabi Muhammad
Untuk periode Madinah, ditemukan banyak sahabat-sahabat yang ikut andil dalam penulisan al-Qur’an, misalnya Abban bin Sa’id, Abu Umamah, Abdullah bin Said, ‘Amir bin Fuhairah, Az-Zubari bin al-‘Awwan, dan lain sebagainya.[1]

b.      Nabi Muhammad Mendiktekan al-Qur’an
Nabi Muhammad ketika diberi wahyu, beliau senantiasa memanggil sahabatnya untuk menuliskan wahyu tersebut. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit, ia menulis wahyu yang didiktekan Nabi, setelah itu Zaid membaca ulang wahyu yang dituliskannya guna memastikan kebenaran wahyu yang ditulisnya.

c.  Tradisi Penulisan al-Qur’an di Kalangan Sahabat
Sebagaimana telah dijelaskan sebelum bahasan ini, bahwa Nabi senantiasa memerintahkan sahabatnya untuk menuliskan wahyu yang diterimanya. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’an sudah tersedia dalam bentuk tulisan. Selanjutnya, untuk memfokuskan penulisan wahyu, Nabi senantiasa menegaskan kepada para sahabatnya untuk tidak menulis selain al-Qur’an. pelarangan ini juga bermaksud agar tidak bercampur antar al-Qur’an dengan bacaan yang, misalnya hadits.

Susunan al-Qur’an
a.       Susunan Ayat ke dalam Surah
Seperti halnya sebuah karya buku, yang paling mengetahui isi kandungannya adalah pengarang sendiri. Demikianlah gambaran terhadap al-Qur’an. untuk menjaga keorisinalnya, tidak ada yang diberikan wewenang untuk mengubahnya, termasuk tentang susunan ayat dan surah yang termuat di dalamnya, karena itu, Allahlah sepenuhnya yang berwenang mengatur al-Qur’an (lihat QS. al-Qiyamah: 17-19). Meski demikian, Allah menunjuk Nabi Muhammad sebagai penjelas atas kandungan dan makna dalam al-Qur’an. Melalui petunjuk Allah, Nabi dapat melakukan penyusunan al-Qur’an yang sesuai kehendak dan rahasiah Allah.
Dalam berbagai riwayat, Nabi senantiasa mengarahkan sahabat penulis wahyu mengenai letak ayat dan setiap surah. ‘Utsman bin Ali mengemukakan bahwa baik wahyu itu mencakup ayat penjang ataupun pendek, Nabi selalu berkata “Letakkan ayat-ayat tersebut ke dalam surah itu”, Zaid bin Tsabit menegaskan “Kami akan kumpulkan al-Qur’an di depan Nabi Muhammad”.[2]

b.      Penyusunan Surah
Dalam penyusunannya, al-Qur’an memiliki keunikan sendiri sehingga berpeluang terhadap surah untuk berfungsi sebagai satuan bebas, tidak terdapat kronologi atau sumber cerita lain yang masuk ke dalam naskah. Lebih jauh, hal ini juga menjadi argument bahwa tidak mesti mengikuti susunan surah dalam al-Qur’an, baik membacanya dalam shalat, belajar, pengajaran, maupun hafalan. Nabi Muhammad pun pernah membaca surah al-Baqarah, an-Nisa, dan kemudian surah Ali Imaran secara berurutan dalam satu rakaat (sebagaimana dalam HR Shahih Muslim, no. 203).

c.       Susunan Surah dalam beberapa Mushhaf
Sebagaimana yang menjadi pengetahuan umum bahwa susunan surah sekarang identik dengan Mushhaf ‘Utsmani. Selain itu, terdapat pula beberapa mushhaf lainnya –sebagaimana mushaf Ibnu Mas’ud, dan lainnya- yang menunjukkan bahwa dalam mushhaf terdiri dari banyak surah.
Berikut adalah contoh susunan surah dalam beberapa mushhaf: (lihat lampiran)


Kesimpulan
Nabi Muhammad sebagai orang yang mendapatkan ‘hak istimewah’ dari Allah, melakukan pendiktean, bahkan sampai menyusun ayat dalam al-Qur’an. Hal ini dilakukan demi kepentingan dokumentasi tiap ayat.


[1] Lihat lebih banyak nama-nama penulis al-Qur’an (Wahyu) dalam M.M Al-A’zami, The History of The Qur’anic Text: from Revelation to Compilation A Comparative Study with the Old and New Testaments, Terj, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hlm, 72-73.
[2] Lihat lebih jauh tentang berbagai penjelasan Nabi atas penempatan sebuah ayat, dan seterusnya. M.M Al-A’zami, The History of The Qur’anic Text: from Revelation to Compilation A Comparative Study with the Old and New Testaments, terj, hlm, 75-76.

Related Posts

REKAMAN DAN PENYUSUNAN AL-QUR’AN
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.